
Seruan Boikot Besar-Besaran Syahnaz Sadiqah dan Rendy Kjaernett, Apa Pengaruh Pembatalan Budaya?
Suara.com – Usai perselingkuhannya diungkap Lady Nayoan, netizen justru meminta KPI memboikot Syahnaz Sadiqah dan Rendy Kjaernett untuk tampil di acara TV. Menurut beberapa netizen, keduanya tak pantas tampil di TV usai berselingkuh.
Dalam tayangan Intensif Investigasi yang diunggah ulang oleh akun @lambegosiip, terlihat netizen terus mendesak KPI untuk memboikot Syahnaz Sadiqah dan Rendy Kjaernet atau membatalkan budaya tersebut. Belakangan ini, seruan boikot sering disandingkan dengan budaya pembatalan.
“Netizen mendesak KPI untuk memboikot Syahnaz dan Rendy dari acara TV setelah berita perselingkuhan mereka viral,” tulis akun @lambegosiip, Rabu (28/6/2023).
Sementara itu, permintaan budaya boikot atau cancel ini menuai banyak pro dan kontra dari netizen lainnya. Ada yang menilai Syahnaz Sadiqah dan Rendy Kjaernett harus diboikot.
Baca juga: Kasus Adik Rafi Ahmad Memanas, Keluarga Jeje Govinda Minta Syahnaz Sadiqah Dibebaskan
Namun, ada juga yang membelanya karena dinilai terlalu berlebihan. Bahkan, ada yang membandingkan kasus Syahnaz Sadiqah dan Rendy Kjaernett dengan artis lain. Menurut netizen, beberapa artis yang berselingkuh tidak diboikot bahkan eksis hingga saat ini.
“Pengguna internet melebih-lebihkan, banyak yang lebih buruk dari mereka, nyatanya masih muncul di layar, yang mana pengguna internet dirugikan oleh mereka, itu aneh,” komentar salah satu pengguna internet.
“Saya setuju boikot tokoh masyarakat yang tidak bisa memberi contoh baik, seperti kekerasan, perselingkuhan dan narkoba, karena bisa menyebar. Sepertinya pemerintah harus membuat undang-undang,” komentar netizen lainnya.
“Pada saat yang sama, batalkan budaya bagi mereka yang terlalu banyak menipu,” tulis pengguna lain.
Cancel culture action sendiri merupakan aksi boikot terhadap seseorang yang dianggap bermasalah secara masal. Sementara itu, aksi ini tampaknya berdampak luas, tidak hanya bagi para korban, tetapi juga bagi para pelaku dan orang-orang yang menyaksikan.
Baca Juga: Ditanya Bukti Perselingkuhan Rendy Kjaernett dengan Syahnaz, Lady Nayoan: Saya Ada..
Berikut beberapa dampak yang bisa ditimbulkan jika budaya batal atau boikot diterapkan, mengutip Alodokter.
Dampak terhadap korban
Ketika korban diboikot, mereka diharapkan mengubah orang agar tidak lagi melakukan kesalahan. Namun, menjadi korban budaya batal ini juga bisa menimbulkan masalah mental.
Ini karena korban merasa dilecehkan dan diintimidasi oleh orang lain. Mereka mungkin merasa terisolasi, terasing, bahkan sendirian. Mungkin juga korban berisiko lebih tinggi menderita gangguan kecemasan, depresi, dan bahkan bunuh diri.
Dampak pada agresor
Mereka yang memboikot atau membatalkan budaya terhadap orang lain juga terpengaruh oleh tindakan mereka sendiri. Pasalnya, tindakan tersebut bisa merasakan berbagai emosi negatif, seperti marah, marah, bahkan frustasi. Bahkan, mereka juga menjadi egois dan sulit memahami perasaan orang lain. Oleh karena itu sulit bagi penulis untuk memiliki empati terhadap orang lain.
Berdampak pada mereka yang melihat
Mereka yang melihat budaya boikot atau pembatalan ini dapat memengaruhi kondisi mental mereka. Memang, mereka dapat menyebabkan seseorang diliputi ketakutan dan kekhawatiran bahwa mereka mungkin akan ditinggalkan oleh orang lain. Kondisi ini kerap membuatnya cemas.