
Peringatan! Bekerja 55 jam seminggu dapat menyebabkan stroke
KALENDER – Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa bekerja 55 jam seminggu atau seminggu dapat menyebabkan stroke.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa bekerja berjam-jam dapat berdampak signifikan pada kesehatan jantung. Selain itu, jam kerja yang berlebihan juga menyebabkan kelelahan dan tekanan mental pada karyawan.
The British Medical Journal (BMJ), yang melihat data dari 600.000 orang di Eropa, Amerika Serikat dan Australia, menemukan bahwa bekerja 55 jam atau lebih per minggu dikaitkan dengan 33% risiko stroke per minggu, dibandingkan dengan orang yang bekerja 35 jam. sampai 40 jam. jam.
Ahli jantung V Rajasekhar mengatakan bahwa dampak jam kerja yang panjang terhadap risiko kardiovaskular dapat dilihat dari banyak aspek, seperti paparan stres yang terus-menerus, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, dan waktu istirahat yang terbatas.
Baca Juga: Fiki Alman Lepas, Jawabannya Diberikan Saat Amanda Manopo Kembali ke Ikatan Cinta, Cek Fakta
“Selain itu, pola tidur yang terganggu dan kelelahan kronis yang terkait dengan jam kerja yang panjang dapat memperparah risiko tersebut, yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan jantung,” kata Rajasekhar seperti dikutip dari laman HealthSite, Minggu (16/7/2023).
Rajasekhar mengatakan kekhawatiran tumbuh karena prevalensi jam kerja yang panjang di seluruh dunia cenderung meningkat. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), sekitar 90% populasi dunia bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang.
Pandemi Covid-19 telah memperburuk situasi bagi banyak orang, karena pengaturan kerja jarak jauh yang mengaburkan batas antara kehidupan pribadi dan profesional.
Rajasekhar menjelaskan perlunya peningkatan kesadaran akan potensi risiko jam kerja yang lebih lama. Dia menyarankan bahwa pengusaha memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja.
Selain itu, perusahaan harus menetapkan batas jam yang sesuai dan mempromosikan teknik manajemen stres. Mengembangkan budaya komunikasi yang positif juga akan membantu karyawan merasa lebih nyaman menghadapi masalah beban kerja.
Baca Juga: Cek Fakta: Disambut Ribuan Bobotoh, Wilujeng Sumping Mario Gomez Resmi Jadi Pelatih Baru Persib Bandung
Selama ini, individu didorong untuk memprioritaskan kesejahteraan fisik dan mental. Jangan hanya bekerja keras, tapi terapkan juga pola hidup sehat, seperti olahraga teratur, pola makan seimbang, tidur cukup, dan teknik pengurangan stres.
“Pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasi dengan profesional medis dapat membantu melihat tanda-tanda awal masalah kardiovaskular dan mencegah potensi komplikasi,” katanya.