Cara kerja dan harga Abemaciclib, HR+ dan HER2- Obat Kanker Payudara Tahap Awal

Suara.com – Kabar baik bagi pasien kanker payudara stadium awal HR+ dan HER2-, karena obat Abemaciclib tersedia dan terbukti meningkatkan harapan hidup pasien, sehingga tidak perlu membelinya di luar negeri. Bagaimana cara kerjanya, dosis, harga dan apakah ditanggung BPJS Kesehatan atau tidak?

Obat Abemaciclib ini baru mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga dapat diberikan dengan terapi hormon untuk menghambat pertumbuhan sel kanker yang dipengaruhi kadar hormon.

Presiden Perhimpunan Onkologi Hematologi Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) dr dr TB Djumhana Atmakusuma SpPD-KHOM, menjelaskan Abemaciclib atau Yuraleb adalah obat sistemik yang bekerja langsung dari inti sel sehingga perkembangannya terhenti dan tidak berubah menjadi sel kanker.

“Cara kerja ini berbeda dengan terapi endokrin atau kemoterapi yang menargetkan sel-sel di luar, sehingga tidak lebih mempengaruhi sel-sel sehat yang berubah menjadi kanker,” kata dr Djumhana kepada Hotel Sultan, Jakarta Selatan, Sabtu (17/10). 6/2023).

Baca Juga: Riset Terbaru Ungkap Memasak Makanan dengan Suhu Tinggi Picu Risiko Kanker: Kenapa?

Ilustrasi kanker (Pixabay/PDpics)

Jadi, dengan kombinasi terapi obat Abemaciclib dengan terapi hormon, pengobatan kanker payudara bekerja di kedua sisi. Dari dalam inti sel menghentikan transformasi sel sehat menjadi sel kanker, dari luar menghambat faktor yang mempengaruhi transformasi sel sehat menjadi sel kanker.

Apalagi kabar terbaru, BPOM juga baru menyetujui pemberian obat Abemaciclib ini untuk diberikan pada penderita kanker payudara stadium awal, atau pada penderita kanker payudara stadium awal ketika belum menyebar ke luar payudara.

“Jadi deteksi dini kanker payudara stadium awal, kanker payudara stadium dini adalah stadium 1B, jadi belum keluar dari payudara,” kata ahli hematologi Prof. Dr. Dr. Ary Harryanto Sp.PD-KHOM.

Sehingga dengan adanya kesepakatan ini diharapkan masyarakat Indonesia tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri seperti Singapura untuk membeli obat ini, karena sudah dapat digunakan untuk pasien kanker payudara stadium dini.

COO ZP Therapeutics Aylie Wijaya mengatakan ini pertama kalinya BPOM menyetujui obat untuk kanker payudara stadium awal, khusus tipe HR+ dan HER2-.

Baca juga: Uji coba tes napas Inggris: Ungkap kanker pada stadium awal dengan akurasi non-invasif dan tingkat tinggi

“Sebelumnya, kami mendapat persetujuan tahap akhir. Kami berharap ini akan memberikan dokter Indonesia pilihan terapi untuk pasien yang lebih luas,” kata Aylie.

Selain itu, semakin dini kanker payudara dapat diobati, maka semakin tinggi pula harapan hidup penderita kanker payudara, mereka akan mengendalikan dan mengeliminasi sel kanker serta dapat terus hidup seperti orang normal asalkan ‘mereka tetap mengontrol gaya hidup sehari-hari.

Perlu dicatat bahwa tipe HR+ dan HER2- mendominasi 73% kasus kanker payudara di seluruh dunia. Termasuk Indonesia, HR+ dan HER2- merupakan subtipe kanker payudara metastatik tertinggi di Indonesia.

Kanker payudara metastatik adalah kategori jenis sel kanker yang menentukan tingkat penyebaran sel kanker ke berbagai organ lain di dalam tubuh dan mengurangi harapan hidup pasien.

HR adalah singkatan dari reseptor hormon. HR+ berarti sel tumor memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron, yang dapat mendorong pertumbuhan tumor HR+.

HER2 adalah singkatan dari Human Epidermal Growth Factor Receptor 2. HER2+ berarti sel tumor menghasilkan protein tingkat tinggi yang disebut HER2/neu, yang telah terbukti terkait dengan jenis kanker payudara agresif tertentu.

Meskipun terbukti efektif meningkatkan harapan hidup pasien kanker payudara HR+ dan HER2-, Abemaciclib yang dapat diresepkan oleh dokter dan dibeli dari apotek di Indonesia ini hadir dengan harga yang cukup fantastis.

Selain itu, obat ini belum termasuk dalam tanggungan negara, atau tidak tersedia untuk pasien BPJS Kesehatan. Untuk paket satu bulan, Abemaciclib dibandrol dengan harga Rp30 juta, terdiri dari 4 box, dimana 1 box berisi 15 tablet.

“Obat ini diminum dua kali sehari setiap hari, maksimal 2 tahun, kemudian istirahat boleh diberikan untuk evaluasi dokter dan boleh diresepkan lagi untuk 5 tahun ke depan,” ujar Prof. Arya.